Pulang Kampung Edisi 3
By: AbrahPulang kampong Edisi 3 maksudx kegiatan Pulang kampungku yang ke 3 kalinya yang saya posting dalam BlogKu… Kali ini saya pulang kampung dalam rangka Libur Ramadhan. Sebenarnya sudah lama saya ingin sekali pulang kampung tapi pikir-pikir waktu pembayaran SPP tinggal sebentar lagi jadi mending tunggu aja dari pada pulang balik Makassar Sengkang hanya buat bayar SPP aja. Keinginan pulang kampung sudah lama sejak adanya kejadian di Kampus, seorang mahasiswa dari Fakultas lain terbunuh oleh mahasiswa dari Fakultas saya (18/6), saat itu kampus diliburkan dua minggu ditambah lagi libur yang dutemtukan Fakultas dan sampai sekarang kampus tidak pernah aktif setelah aksi balas dendam oleh keluarga korban dibantu oleh teman-teman mahasiswa korban tersebut membakar kampus saya. Pada saat kejadiaan terbunuhnya mahasiswa tersebut, saya kebetulan saya sementara pulang kampung juga(Edisi ke 2) tapi saya tetap ke Makassar dalam rangka Konser Musik bulan 7 waktu itu. Setelah sampai di Makassar, latihan saya bersama player saya tidak pernah berjalan berhubung player saya ada yang pulang kampung dan ada juga yang tidak berani membawa alat musiknya keluar karena takut diketahui mahasiswa seni. Pada waktu itu memang isu balas dendam dari keluarga dan teman korban sangat menggebu-gebu dan sasarannya siapa saja mahasiswa Seni UNM (FSD).
Setelah dinyatakan konser ditunda bulan 10 maka saya dan teman-teman mamastikan pulang kampung dan ramadhan di kampung masing-masing.
Sebelum pulang kampung, terdengar banyak berita terendamnya kampung saya, umumnya kota sengkang. Sebenarnya kampung saya sudah terendam banjir pada saat saya pulang kampung Edisi ke-2 Banjir pada saat saya pulang kampung Edisi ke 2 tidak pernah berhenti dan selalu pasang surut sampai sekarang tapi banjir kali ini adalah yang paling parah dalam 4 bulan terakhir.
Saat-saat pulang kampung.
Seperti biasa yang kebanyakan orang biasa lakukan sebelum pulang kampung is mengemas perbekanlan pulang kampung. Mengingat pulang kampung kali ini cukup lama juga mungkin sekitar sebulan lebih. Juga sedikit kesenangan setlah adanya konfirmasi dari ust Idris untuk mengantar saya ke terminal buat mencari mobil. Kalau dibandinkan ke terminal menggunakan angkot dibanding menggunakan kendaraan pribadi tentunnya berbeda. Kalau pake angkutan umum mungkin perjalanan lebih lama karena yang pertama jalur angkut lebih jauh, harus dua kali naik angkut baru sampai di terminal, mana lagi mobil angkutnya sering berhenti mecari penumpang dibanding menggunakan kendaraan pribadi yang jalannya bisa kompas saja, dan Alhamdulillah bisa sampai di terminal dalam waktu yang cepat.
Setelah dinyatakan konser ditunda bulan 10 maka saya dan teman-teman mamastikan pulang kampung dan ramadhan di kampung masing-masing.
Sebelum pulang kampung, terdengar banyak berita terendamnya kampung saya, umumnya kota sengkang. Sebenarnya kampung saya sudah terendam banjir pada saat saya pulang kampung Edisi ke-2 Banjir pada saat saya pulang kampung Edisi ke 2 tidak pernah berhenti dan selalu pasang surut sampai sekarang tapi banjir kali ini adalah yang paling parah dalam 4 bulan terakhir.
Saat-saat pulang kampung.
Seperti biasa yang kebanyakan orang biasa lakukan sebelum pulang kampung is mengemas perbekanlan pulang kampung. Mengingat pulang kampung kali ini cukup lama juga mungkin sekitar sebulan lebih. Juga sedikit kesenangan setlah adanya konfirmasi dari ust Idris untuk mengantar saya ke terminal buat mencari mobil. Kalau dibandinkan ke terminal menggunakan angkot dibanding menggunakan kendaraan pribadi tentunnya berbeda. Kalau pake angkutan umum mungkin perjalanan lebih lama karena yang pertama jalur angkut lebih jauh, harus dua kali naik angkut baru sampai di terminal, mana lagi mobil angkutnya sering berhenti mecari penumpang dibanding menggunakan kendaraan pribadi yang jalannya bisa kompas saja, dan Alhamdulillah bisa sampai di terminal dalam waktu yang cepat.
Perjalanan Pulang...
Saya singkat saja yah bagi pembaca yang setia,,,
Atau saya cerita pada saat dimobil ketika duduk di samping seorang wanita cantik… hem perempuan tersebut bikin saya bernafsu saja. Astagfirullah… untung pertolonngan Allah datang sehingga tidak ada respon ke perempuan tersebut. Btw perempuan tersebut selalu menggesek-gesekkan kakinya kekaki saya selama perjalanan, bagemana gak nafsu n celana kebasahan kalau begitu ceritanya, bayangkan kalau anda yang mengalaminya, apa yang terjadi? wkwkwkwk Yah untuk point ini sampai disini saja. Saya hanya mau bicara panjang lebar tentang kampung saya.
Atau saya cerita pada saat dimobil ketika duduk di samping seorang wanita cantik… hem perempuan tersebut bikin saya bernafsu saja. Astagfirullah… untung pertolonngan Allah datang sehingga tidak ada respon ke perempuan tersebut. Btw perempuan tersebut selalu menggesek-gesekkan kakinya kekaki saya selama perjalanan, bagemana gak nafsu n celana kebasahan kalau begitu ceritanya, bayangkan kalau anda yang mengalaminya, apa yang terjadi? wkwkwkwk Yah untuk point ini sampai disini saja. Saya hanya mau bicara panjang lebar tentang kampung saya.
Bermalam di Rumah Nenek Dulu...
Seperti biasa kalau saya dari Makassar, saya harus singgah dulu di rumah nenek, setidaknya bermalam untuk satu malam karena kampung saya sedikit jauh dari kota, sekitar 4 Km. Jadi tidak langsung pulang kerumah karena kampung saya diseberang sungai sedangkan perahu penghubung kesana maksimal sampai jam 5 sore sedang saya kalau pulang kampung, sulit sekali saya sampai jam 5 di rumah nenek jadi harus menuggu pagi dulu baru pulang ke rumah.
Sebelum saya sampai di rumah nenek, gambaran banjir sudah terlihat setelah melewati perbatasan kota Sengkang. Air terlihat sudah tinggi dan banyak rumah terlihat ditinggal penghuninya karena air sudah memasuki rumahnya. Banyak juga terlihat penduduk membawa alat perangkat ikan buat mencari ikan entah dimana. Terlihat juga bayak orang mincing ikan di depan mesjid Syuhada 45 (Islamic Center) sambil memarkir kendaraan mereka di sekitar tempat tersebut, sungguh ramainya kota Sengkang dilanda banjir. Dalam 12 tahun terakhir, kota Sengkang sudah 2 kali dilandi banjir yang parah termasuk tahun ini. Rata-rata penduduk kota Sengkang menganggap banjir itu adalah bukan musibah, malah menjadikan keadaan banjir tesebut adalah moment refresing mereka karena banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan pada saat banjir melanda. Seperti jalan-jalan ke danau bikin acara (makan ikan), mancing ikan juga bagi para pejabat-pejabat, lihat saja sekitar pinggiran lokasi banjir, banyak mobil Mahal parkir di sekitar tempat tersebut trus pemiliknya pergi mincing ikan. Juga banyak keluarga berdatangan ke lokasi banjir buat mandi-mandi. Lihat saja sekitar Paddupa di pagi dan di sore hari, banyak anggota keluarga membawa perlengkapan mandinya kesana seperti ban dalam (ban dalam mobil truk) buat renang dsb.
Sore hari pun saya sampai dirumah nenek, rumah nenek saya tentunya juga kebanjiran tapi air tidak masuk ke kolom rumah karena rumah nenek adalah rumah pangung sama dengan rumah-rumah masyarakat Sengkang pada umumnya. Kondisi air pada waktu itu sudah surut sekitar 1 jengkal yang sebelumnya hampir mencapai ketiak tapi air tetap deras dibelakang rumah nenek. Moment tersebut tidak boleh ketinggalan, mandi dalam air deras lebih seru dibanding mandi dalam air yang tenang. Banyak keluarga ikut mandi-mandi termasuk om, tante dan sepupu.
Sebelum saya sampai di rumah nenek, gambaran banjir sudah terlihat setelah melewati perbatasan kota Sengkang. Air terlihat sudah tinggi dan banyak rumah terlihat ditinggal penghuninya karena air sudah memasuki rumahnya. Banyak juga terlihat penduduk membawa alat perangkat ikan buat mencari ikan entah dimana. Terlihat juga bayak orang mincing ikan di depan mesjid Syuhada 45 (Islamic Center) sambil memarkir kendaraan mereka di sekitar tempat tersebut, sungguh ramainya kota Sengkang dilanda banjir. Dalam 12 tahun terakhir, kota Sengkang sudah 2 kali dilandi banjir yang parah termasuk tahun ini. Rata-rata penduduk kota Sengkang menganggap banjir itu adalah bukan musibah, malah menjadikan keadaan banjir tesebut adalah moment refresing mereka karena banyak hal menyenangkan yang bisa dilakukan pada saat banjir melanda. Seperti jalan-jalan ke danau bikin acara (makan ikan), mancing ikan juga bagi para pejabat-pejabat, lihat saja sekitar pinggiran lokasi banjir, banyak mobil Mahal parkir di sekitar tempat tersebut trus pemiliknya pergi mincing ikan. Juga banyak keluarga berdatangan ke lokasi banjir buat mandi-mandi. Lihat saja sekitar Paddupa di pagi dan di sore hari, banyak anggota keluarga membawa perlengkapan mandinya kesana seperti ban dalam (ban dalam mobil truk) buat renang dsb.
Sore hari pun saya sampai dirumah nenek, rumah nenek saya tentunya juga kebanjiran tapi air tidak masuk ke kolom rumah karena rumah nenek adalah rumah pangung sama dengan rumah-rumah masyarakat Sengkang pada umumnya. Kondisi air pada waktu itu sudah surut sekitar 1 jengkal yang sebelumnya hampir mencapai ketiak tapi air tetap deras dibelakang rumah nenek. Moment tersebut tidak boleh ketinggalan, mandi dalam air deras lebih seru dibanding mandi dalam air yang tenang. Banyak keluarga ikut mandi-mandi termasuk om, tante dan sepupu.
Perjalanan ke Kampung Halaman...
Esok paginya, saya sudah berangkat dari rumah nenek menuju rumah kampung halaman. Sepanjang perjalanan, air terlihat benar-benar merendam kota Sengkang. Tidak bisa lagi dibedakan antara sungai dengan daratan, antara tanah lapang dengan lahan persawahan, semuanya terendam air. Sesampai dirumah, Alhamdulillah listrik sudah menyala padahal sebelumnya listrik tidak pernah menyala. Dua hari kemudian, listrik mati lagi karena seringnya hujan sehingga air bertambah lagi. Bosan dengan listrik yang padam, tak ada yang bisa dilakukan, mau SMSan tapu HP lowbat, mau main laptop, baterai laptop juga da kosong, tak ada yang bisa saya lakukan selain baca buku, menulis artikel-artikel dan main biola. Memang saya sengaja membawa biola saya karena kebiasaan memang begitu, harus membawa alat musik kalau pulang kampung.
Mandi-mandi Sore di Danau yang Dalam...
Sore hari, lihat tetangga (kluarga dekat juga) smentara bikin perahu, setelah itu kampung dan pergi mandi-mandi. Mandi-mandi pastinya di danau sambil keliling menggunakan perahu dayung melihat-lihat rumah terapung Danau Tempe.
Pergi jalan2 ditemani anak2
Pergi danau Tempe, harus lewati kebun pisang
Rumah Terapung (milik keluarga juga)
Saatnya mandi2
Berapa hari tinggal dikampung terpaksa saya pergi mengungsi ke rumah nenek karena listrik belum nyala kebetulan pingin cari warnet. Di rumah nenek pun tak pernah ketinggalan mandi-mandi, yah lebih ramai dibanding mandi di sekitar rumah sendiri.
Mandi2 bareng sama keluaga dan anak2 kecil...
Sekian dulu, mudah-mudah Allah SWT mempertemukan kita di lain waktu, Amin...
Kunjungi saya di http://abrahkreatif.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar